Dunia Tak Kiamat Bila Mengidap HIV AIDS

Selasa, 30 November 2010 // by Go Blog News // //
Kisah Penderita Penyakit HIV AIDS di Pekanbaru

PEKANBARU - Memiliki istri, serta dikarunia tiga anak membuat seorang penderita HIV AIDS sangat berbahagia.  Apalagi istri dan ketiga anaknya tersebut tidak tertular sama sekali. Menjalani kehidupan layaknya manusia normal ia jalani sejak divonis menderiat HIV AIDS sejak pada 2002 lalu.



Tak ada yang asing memang dari seoarang Wahyudi. Tubuhnya layaknya masnusia normal. Padahal, saat ini tubuh lelaki perperawakan sedang ini digerogoti jenis penyakit yang tak tanggung - tanggung, bagi masyarakat umum dianggap berbahaya dan mematikan yakni HIV AIDS. Ia mencoa menghapus stigama yang dialmatkan masyrakat umum pada penderita HIV AIDS.

Lelaki 31 tahun ini masih bisa memancarkan keceriannya. Dalam wawancara, ia sering mengumbar senyum dengan keadaanya saat ini. "Penderita AIDS itu sangat berharga bagi bangsa ini. Buktinya, berapa besar yang disubsidikan negara bagi penderita lewat obat yang diberikan secara gratis. Padahal itu mahal," katanya sembari tersenyum saat ditemui di ruangan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pekanbaru, Selasa (30/11).

Kebahagian yang dipancarkan Wahyudianto beralasan. Yakni saat ini ia berbahagia bisa membina keluarga dengan normal layaknya manusia lain. Lelaki ini memang telah memiliki istri dan dikarunia tiga anak. Ternyata, istri dan ketiga anaknya tidak tertular virus HIV AIDS.

"Anak dan istri saya negatif. Tidak tertular sama sekali.  Ada caranya agar istri kita serta anak kita tidak ikut tertular. Jadi jangan sekali - kali dikatakan penyakit ini gampang tertular sehingga harus dijauhi," ucapnya dengan tegas.

Selain itu, saat ini ia masih bisa hidup layaknya manusia lainnya. Sejak divonis pada 2002 lalu menderita HIV AIDS, hingga kini ia masih hidup dan bisa beraktifitas seperti kebanyakan orang lainnya. Jabatan sebagai koordinator Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI) Riau pun ia duduki saat ini. Bahkan ia pun aktif melakukan konseling bagi penderita lainnya.

"Banyak yang terkejut sama saja ketika masih tetap bertahan hidup hingga kini," katanya sembari mengenang kala ia divonis dokter di Batam, Kepri delapan tahun lalu. Kala itu, banyak yang mnegtaaan umurnya tidak akan lama lagi.

Lelaki yang akrab disapa Yudi ini merupakan penderita HIV AIDS. Dalam sehari, ia mengkonsumsi obat jenis ARV (Antiretroviral) yang merupakan subsidi pemerintah pusat. Frekuensinya sekali dalam dua belas jam. Ia masih mengkonsumsi obat tersebut hingga kni.

Berbicara dengan Tribun, ia pun mencoba megubah stigma yang telah melekat di masyarakat umum saat ini tetang penyakit HIV AIDS. Seperti, penderita yang tidak memilki umur panjang, gampang untuk ditularkan seperti lewat nyamuk dan air liur.

"Stigma yang selama ini dikaitkan dengan penderita AIDS tidak benar sama sekali. Teutama oleh para medis kala dilakukan pemeriksaan pertama. Kehidupan penderita tetap akan terjaga bila mengkonsumsi obat ARV secara rutin. Kekebalan tubuh akan tetap terjaga. Jadi janagn dikatakan penyakit ini belum ada obatnya. Sudah ada yakni ARV. Tidak mematiakn juga kalau konsumsi obat teratur," katanya.

Penyebaran penyakit ini menurutnya hanya bisa lewat cairan mani, vagina, darah dan air susu ibu (ASI). Untuk air liur sendiri, katanya, kemungkinan sangat kecil sekali. "Kalau air liur itu sangat kecil kemungkinanannya dan tak akan bisa. Belum tentu air liur mengandung virus itu. Kalau darah, cairan mani dan vaguna pasti. Namun melalui ASI masih diperbedatkan saat ini," terangnya.

Diakuinya, ARV memang tidak akan bisa membunuh virus HIV yang ada dalam tubuh. Hanya saja, dengan meminum obat tersebut, dapat mencegah perkembnagan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Diakuinya, banyak kalangan penderita yang tak tahan menanggung beban dicap sebagai penderia HIV AIDS. Bahkan ada yang bunuh diri karena mengetahui dirinya terinfeksi. Hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh penderita adalah mengidap penyakit HIV AIDS bukan barati dunia ini kiamat. Kehiduapan bisa tetap dijalani layaknya manusia normal. "Walau kita mengidap penyakit itu, kita masih bisa hidup normal. Bukan langsung dunia ini kiamat," ucapnya.

Resepnya adalah kekuatan dalam diri kita sendiri. Semangat untuk hidup harus terus tetap dihidupkan dalam diri. Bila tidak, psikologi penderita akan kena dan bisa mengakibatkan penderita tidak memiliki semangat hidup. Bantuan berupa semangat dari orang - orang sekitar juga diperlukan.

Yudi sendiri terkena penyakit ini dikarenakan mengunakan obat suntik kala masih sering mengkonsumsi narkoba. 2002 lalu di Batam, Kepri, teman sepergaulannya menderita dan dirawat dirumah sakit akibat jenis penyakit yang sama yang akhirnya meninggal. Kala itulah, firasatnya mengidap penyakit yang sama muncul dalam benak. "Saya periksanakan ke dokter, ternyata positif kena," ucapnya.

Dikatakannya, kala itu, tidak ada gejala yang aneh ia rasakan. Hanya saja, bila penyakit demam, mislanya, susah sembuhnya dan sering kambuh - kambuh. Iapun perah dirawat dirumah sakit selama 1 bulan. "Tidak ada perbedaan dari gejala penyakit ini. Seperti biasa saja," katanya.

Keluarga Yudi sendiri sudah mengatahui ia mengidap penyakit HIV AIDS. Namun ia tidak dikucilkan sama sekali. Perlakuan layaknya seorang anak ataupun anggota keluarga pun tetap ia terima seperti biasanya. Begitu juga dengan sang pacar yang saat ini menjadi isrinya. Tetap memberikan semangat padanya. (Palti Siahaan/pis)

* Sudah Diterbitkan di Media Tribun Pekanbaru

Followers