Kain Kafan Jadi Bendera

Sabtu, 04 September 2010 // by Go Blog News // //
PEKANBARU, - Tak ada tali, akar pun jadi. Inilah yang dilakukan para kaum muda angkatan '45 saat hendak mengibarkan bendera merah putih di Pekanbaru untuk mengkumandangkan kepada warga sekitar bahwa Indonesia telah merdeka. Kain kafan pun dijadikan sebagai bahan bendera untuk bagian warna putih.

H M Daniael Syah masih ingat betul bagaimana proses pengibaran bendara pertama kali di Pekanbaru. Sebab selain terlibat dalam proses perencanaan, hanya ia yang berani mengibarkan bendera merah putih di tengah - tengah teror dari kepolisin Jepang.

Walau sudah ujur, kakek tua 85 tahun ini masih ingat proses pengibaran bendera tersebut. Kulit keriput diseluruh tubuh, rambut yang sudah memutih seluruhnya serta sesak nafas yang dialaminya tak menghalanginya bercerita, Senin (16/8), kala ia dan rekan - rekannya merencanakan pengibaran bendera pada tahun 1945.



Pengibaran bendera merah putih pertanda Indonesia sudah merdeka memang telat dilakukan di Pekanbaru. Ketakutan akan Jepang - kala itu menjajah Indonesia - menjadi penyab utamanya serta penyebaran informasi yang terbatas dari Jawa sehingga proklamasi kemerdekaan yang diproklamirkan Soekarno - Hatta terlambat diterima para pejuang di Pekanbaru.

H M Daniael Syah mengatakan, pengibaran bendera tersebut dilakukan di Pekanbaru tepatnya Jumat, 12 September 1945 bertempat di kantor Post Telegraf dan Telphon (PTT) yang saat ini menjadi kantor Dinas Pekerjaan Umum di Jalan Riau. Dibubungan gedung PTT tersebut, tepatnya sebelum shalat Jumat dilakukan, merah putih dikibarkan. 

Acara pengibaran bendara tersebut dihadiri sekitar 30 orang kaum muda yang didominasi oleh pegawai PTT. Warga biasa juga ikut menyaksikannya. Daniael Syah muda memang tercatat sebagia pegawai PTT kala itu pada bagian teknisi.

Sebenarnya, ketakutan menghampiri para kaum muda dalam mengibarkan bendera tersebut. Sebab, pihak Jepang sudah mengetahui rencana pengibaran bendera. Selain itu, polisi Jepang pun hilir mudik di sekitar kantor PTT sembari memberi teror agar pengibaran tidak dilakukan. Yang membuat ngeri lagi, Tentara Jepang di seluruh Sumatera sedang berkumpul di Pelabuhan Pelita Pantai hendak diberangkatkan ke Singapura.

"Bayangkan bagaimana ngerinya saat itu. Yang kami khawatirkan tentara yang berkumpul di Pelita Pantai itu. Sebab kami tak memiliki senjaat apapun. Sedangkan mereka senjata lengkap," ucap Daniael Syah.

Proses pengibaran pun terkedala sebab teror polisi Jepang yang melarang pengibaran bendera menciutkan nyali para kaum muda. Disinilah Daniael Syah maju memberanikan diri untuk mengibarkan bendera seorang diri.

"Saat itu, saya berpikir, saya ini orang perantau. Jadi, apa yang saya takutkan. Makanya sayapun  memberanikan diri untuk mengibarkan bendera. Dibantu kawan yang memegang tangga, saya naik ke atas bubungan," ujarnya. Daniael Syah memang bukan kelahiran Riau. Krui, Lampung Barat tempat kelahirannya pada 27 September 1925 lalu. Ia merantau ke Riau karena pekerjaanya di PTT.

Bendera Merah Putih sebenarnya sudah ada di atas bubungan PTT. Dengan kayu setinggi sekitar 1 meter lebih, merah putih dibalut dengan kain hitam. Daniael Syah pun kala itu tinggal membuka kain hitam untuk mengibarkan bendera.

Pengibaran bendera hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Diiringi dengan nyanyian Indonesia Raya dimana para peserta yang hadir, dalam menyanyikan lagu kebangsaan itu, kata merdeka di ganti dengan mulia. Ini juga wujud dari ketakutan akan kondisi yang ada. "Tidak ada prosesi dan acara protokoler seperti saat ini. Langsung saja dikibarkan," ucapnya.

Berita kemerdekaan Indonesia sendiri tiba di Pekanbaru pada 22 Agustus. Teks proklamasi yang dibacakan Soekarno - Hatta diterima PTT Pekanbaru dari Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Daniael Syah serta dua operator PTT yang menerima salina prokalmasi anatara percaya dan tidak.

"Kami waktu itu antara percaya atau tidak dengan proklamasi itu. Setelah teman - teman dai Bukit Tinggi meyakinkan, kami pun percaya," ujarnya.

Kaum muda yang ada di PTT pun membentuk organisasi yakni yakni AMPTT (Angkatan Muda Post Telegraf dan Telphon). AMPTT inilah yang menyusun rencana pengibaran bendaear dilakukan.

Proses pencarian bahan bendera apun dilakukan sebab kala itu, bendera merah putih tidak ada sama sekali. Dicari tak ketemu juga, AMPTT kahirnya memilih kain kafan untuk bendera berwarna putih sedangkan warna merah dari seseorang turunan Jerman yang bekerja di PTT. "Susah kami mencari kain warna putih. Terpaksa kain kafan kami jadikan bahannya," ujarnya.

Dimana bendera itu saat ini tak diketahui keberadaannya secara pasti. Sebab, pasca pengibaran tersebut, Daniael Syah beserta teman - temanya direkrut menjadi tentara dan bergerilya melawan Belanda yang masuk kembali setelah Jepang hengkang.

Kisah pengibaran bendera yang dilakukan Daniael Syah ini pun diamini oleh rekan - rekan seperjuangannya yang masih hidup saat ini. Ketua Gedung Juang 45, Himbron Sahiman (84) pun mentgatakan demikian. "Kalau orang yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih di Pekanbaru ya, Pak Daniael Syah," kata Himbron yang juga masuk daftar dalam pejuang 45 di Riau.

Pemerintah Propinsi Riau pun mengamininya. Pada acara peringatan ulang tahun kemerdekaan RI ke - 62 tiga tahun lalu, Daniael Syah menerima penghargaan yang ditandatangangi Gubri Rusli Zainal atas pengibaran bendera merah putih pertama di Pekanbaru.

Saat ini, Daniael Syah menghabiskan waktunya di Jalan Kuantan VII nomor 70. Rumah berwarna kuning itu menjadi tempatnya berteduh saat ini. Berbagai perhargaan tertempel di  dinding rumahnya. Menjelang HUT Prokalmasi RI ke 65 ini pun, berbagai undangan baik dari Pemprop maupun dari Pemerintah Pusat menghampirinya. "Sejauh ini perhatan pemerintah Riau sudah cukup walau lewat undangan ini saja. Itu sudah cukup. Tapi, kalau memang ada bantuan untu para kaum veteran, katakan bila ada dan kalau tidak ada, katakan juga. Agar teman - teman lainnya tidak banyak berharap," pesannya. (Palti Siahaan/pis)
* Sudah Diterbitkan di Tribun Pekanbaru

Followers